RINGKASAN PENDAPATAN APBD PROVINSI NTB TA 2013
(Budget Alternative)
URAIAN
|
ALTERNATIVE BUDGET 2013 M
|
%
|
Pertb
|
PENDAPATAN DAERAH
|
2.594.264.563.768
|
9,4%
| |
PAD
|
904.111.595.668
|
34,9%
|
13,9%
|
Pajak daerah
|
612.034.685.000
|
67,7%
|
10,2%
|
Retribusi daerah
|
15.590.867.220
|
1,7%
|
0,0%
|
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
|
142.421.028.818
|
15,8%
|
60,2%
|
Lain-lain PAD yang sah
|
134.065.014.630
|
14,8%
|
0,0%
|
Dana Perimbangan
|
1.187.576.718.000
|
45,8%
|
8,0%
|
Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak
|
270.816.002.000
|
22,8%
|
14,4%
|
Dana alokasi umum
|
859.353.026.000
|
72,4%
|
6,1%
|
Dana alokasi khusus
|
57.407.690.000
|
4,8%
|
7,7%
|
Lain-lain Pendapatan yang Sah
|
502.576.250.100
|
19,4%
|
5,3%
|
Hibah
|
38.681.850.100
|
7,7%
|
154,6%
|
Dana darurat
| |||
Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya
| |||
Dana penyesuaian dan otonomi khusus
|
463.894.400.000
|
92,3%
|
0,4%
|
Bantuan keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya
| |||
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
|
Otonomi daerah yang hakikatnya mendorong pembagian kewenangan lebih besar ke daerah untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, semakin jauh dari harapan. Peningkatan nominal pendapatan daerah yang semakin tinggi, patut diapresiasi. Namun di satu sisi, keleluasaan pemerintah daerah untuk mebiayai program/kegiatan prioritas daerah semakin menurun setiap tahun. Misalnya, dari proyeksi total pendapatan daerah Rp 2,4 triliun, hanya sekitar 57% atau Rp 1,42 triliun saja yang bisa dipergunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai program prioritas daerah. Bandingkan dengan tahun 2010. Dari total Rp 1,27 triliun, sekitar 68% atau Rp 865.108.280.013 dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk mendanai program prioritas daerah.Tren Diskresi Fiskal Provinsi NTB yang terus mengalami penurunan, membuktikan bahwa desentralisasi sedang berbalik arah menuju resentralisasi.
Pendapatan daerah yang meningkat terus-menerus berbanding lurus dengan meningkatnya beban masyarakat lewat pajak dan retribusi. Namun, sangat disayangkan, kondisinya berbanding terbalik dengan dengan besaran alokasi anggaran untuk belanja modal. Padahal dengan alokasi anggaran belanja modal, masyarakat dapat merasakan dampak pembangunan infrastruktur, seperti jalan, puskesmas, dan sekolah. Selain itu, sebagai belanja yang bersifat produktif, dapat memicu pertumbuhan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan peningkatan pelayanan public. Namun sangat disayangkan, proporsi belanja modal terhadap pendapatan pada TA 2013 ini hanya Rp 375 M atau sekitar 15%. Ironis.
Blogger Comment